Heels untuk pria, Eropa
Sepatu dan kaus kaki adalah dua hal penting bagi pria Eropa di
tahun 1700. Untuk bangsawan, sepatu itu dibuat mewah dengan hak yang
tinggi, berenda, atau dihiasi bunga mawar. Louis XIV juga memiliki
sepatu hak tinggi berwarna merah.
Kabkabs, Lebanon
Modelnya lebih mirip panggung perayaan. Sepatu ini digunakan oleh
wanita di Timur Tengah untuk melindungi diri dari kotoran dan
ketidaknyamanan saat berjalan di tempat basah. Mereka dengan golongan
kaya biasa menghiasi sepatunya dengan mutiara, sulaman, dan tali
beludru. Tak jarang di bagian atasnya juga dibuat dengan kawat perak,
emas atau timah.
Nama kabkab, diambil dari suara yang ditimbulkan saat penggunanya
berjalan di lantai marmer. Jika digunakan saat acara pernikahan, kabkabs
dibuat setinggi dua meter.
Wooden bridal shoes, Perancis
Sepatu pengantin kayu dengan ujung menyerupai tanduk ini dibuat di
Bethmale Valley. Bagian selatan kota Saint Girons di distrik Ariege.
Sepatu ini bahkan sudah ada sejak abad ke-9.
Saat itu, penduduk setempat menaklukan sekumpulan penjahat yang
menculik banyak wanita desa. Mereka mengalahkan penjahan itu dengan
tusukan sepatu di bagian hati. tanduknya memang tajam, karena
sepatu-sepatu ini dibuat dari cabang-cabang pohon.
Para pria juga menggunakan sepatu ini untuk diberikan kepada
pasangan mereka. Dikatakan bahwa semakin tinggi tanduk sepatu, maka
semakin tinggi cinta yang dimiliki.
![sepatu sepatu](http://media.viva.co.id/thumbs2/2013/11/01/227913_sepatu_325_183.jpg)
Plaited birch bark, Finlandia
Pada awal abad ke-20, wanita Finlandia menggunakan sepatu kulit
dari kayu Birch untuk sehari-hari. Bahan lainnya adalah kulit pohon
limau atau jeruk. Supaya awet, sepatu kulit itu dilapisi dengan anyaman.
Meski demikian, umur sepatu ini sangat terbatas. Hanya seminggu.
Padukas, India
Alas kaki asal India ini memiliki bentuk seperti bakiak. Untuk
menggunakannya diberikan knob yang terletak di antara jempol kaki dan
telunjuk. Knob ini umumnya terbuat dari perak, kayu, besi atau gading.
Sandal yang dinamakan padukas ini ada yang dibuat untuk masokisme.
Yaitu proses mendapatkan kepuasan seksual yang memberikan rasa sakit.
Beberapa masokis, menggunakan bentuk aichmophilia atau knop dengan jarum
dan paku.
Setelah rasa sakit berlangsung selama 20-40 menit, tubuh akan mulai
memproduksi opiat. Yaitu bahan kimia tubuh yang mengurangi sensasi rasa
sakit dan menyebabkan anestesi atau rasa gembira yang dapat
meningkatkan sensitivitas.
![sepatu sepatu](http://media.viva.co.id/thumbs2/2013/11/01/227914_sepatu_325_183.jpg)
Chopines, Italia
Sepatu unik ini banyak digunakan wanita Italia pada awal abad
ke-17. Seperti Okobo di Jepang, sepatu ini sangat tidak praktis. Karena
tujuan utamanya adalah untuk membuat pemakainya terlihat lebih tinggi.
Dengan menggunakan sepatu ini, pemakainya bisa tampak tinggi hingga 18
cm atau 5 inci.
Sepatu ini terbuat dari kayu, sutra halus atau beludru. Dihiasi
juga dengan renda perak, paku payung dan rumbai sutra. Sayangnya tidak
banyak foto yang memperlihatkan wanita Italia menggunakan sepatu
chopines ini. Karena mereka selalu mengenakan gaun panjang yang menutupi
alas kaki mereka.
![sepatu sepatu](http://media.viva.co.id/thumbs2/2013/11/01/227912_sepatu_325_183.jpg)
Okobo, Jepang
Jauh sebelum tahun 1970, dimana sepatu platform populer. Geisha magang di Jepang atau disebut dengan maiko, telah menggunakan sandal atau bakiak okobo.
Alasannya karena sepatu ini sangat praktis untuk membuuat mereka terlihat tinggi.
Okobo terbuat dari satu potong kayu yang tidak berhias sama sekali.
Hak sepatu okobo umumnya mencapai hingga 5 1/2 inci atau 14 cm. Warna
kain yang digunakan pada okobo disesuaikan dengan status maiko. Misalnya
maiko baru akan menggunakan warna merah, sementara yang hampir selesai
dari proses magang akan menggunakan warna kuning.
![Okobo Okobo](http://media.viva.co.id/thumbs2/2013/11/01/227958_okobo_325_183.jpg)
sumber : http://life.viva.co.id/news/read/455488-foto--sejarah-unik-sepatu-sepatu-zaman-kuno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar